Exitrip.org – Pemerintah dari kabupaten Badung terus mempercantik Kuta Bali Badung ungkapkan kalau destinasi tersebut tidak ingin terjadi seperti apa yang menimpa pada Hawaii. Masalah Kuta Bali ternyata diamati oleh pengamat pariwisata mengenai usaha mereka yang terus melakukan penataan untuk menjaga kawasan tersebut. Tidak main-main Ternyata, anggaran yang digelontorkan sangat besar, yaitu mencapai Rp 250 miliar.
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta mengungkapkan kalau revitalisasi ini dilakukan agar kawasan tetap terjaga akan keindahannya. “Penting, amat sangat penting kami tidak mau seperti Hawaii ditinggalkan wisatawan lokal dan asing makanya kami wujudkan wajah baru di Kuta. Kami juga bangun tsunami early system,” kata Giri Prasta di Badung, seperti yang dilansir oleh sumber berita Detikcom. Tidak hanya itu saja, Giri Prasta juga menambahkan, nantinya akan ada stop over untuk mengatur arus laut.
Sebelumnya, adanya ungkapan bahwa penataan Pantai Kuta bagian tengah dilakukan sebagai usulan dari pihak bank desa desa adat Kuta 1 kepada Pemkab Badung. Berkaitan dengan abrasi di pantai Kuta, Giri Prasta menyampaikan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Bali-Penida untuk menambah pasir di kawasan Kuta. Penambahan fasilitas dan transportasi juga dilakukan dan pihaknya telah membentuk tim kajian teknis terkait usul penataan tersebut.
Tim kajian itu kemudian membuat desain penataan Pantai Kuta untuk diusulkan kepada pemerintah. Berdasarkan desain tersebut, nantinya Pantai Kuta akan dihiasi patung komasket Park, tempat bermain dan fasilitas untuk disabilitas. Sedangkan itu, pedagang-pedagang di pinggir pantai akan ditata serapi mungkin. Meskipun akan mengalami perubahan, semua aspek telah mempertimbangkan kebutuhan dan kenyamanan para wisatawan.
Pengamat Pariwisata Menanggapi Masalah Kuta Bali yang Tidak Ingin Menjadi Hawaii
Sehingga menurut Giri Prasta semua traksi wisata untuk ke wisatawan tidak akan terganggu. Seperti wisatawan surfing yang tidak sama sekali merasa terganggu nantinya ketika adanya perubahan tersebut. Proses revitalisasi Pantai Kuta ini sudah mencapai 50% dan area paving yang biasa dipakai untuk jogging track masih belum terpasang sepenuhnya. Nantinya area paving itu akan dipasang hingga ke bagian Selatan, dekat dengan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Tidak hanya itu saja, penataan kembali area jogging telah revitalisasi rampung Pantai Kuta dapat kembali digunakan seperti semula. Wisatawan tetap dapat bersantai, beraktifitas sampai menikmati matahari terbenam di sana. “Satu memang untuk santai, kemudian menikmati terbenamnya matahari, kemudian masyarakat bisa melakukan jogging pagi hari sore hari. Jadi pedagang-pedagang itu kita atur, kita atur tempatnya. Nanti cantik sekali jadinya. Sehingga masyarakat baik itu penduduk lokal para wisatawan asing domestik sangat menikmati Pantai Kuta,” kata Wasista seperti yang dilansir oleh sumber berita Detikcom.
Di dalam revitalisasi tersebut, Pemkab dan pihak desa adat tidak hanya memperhatikan sisa etika saja. Mereka melakukan pembenahan di sektor transportasi, seperti yang telah digarap yaitu, proyek jalur trem untuk mengatasi macet di kawasan Kuta dan sekitarnya. Dengan keberadaan trem tersebut, wisatawan bisa dengan mudah mengakses Pantai Kuta langsung dari bandara I Gusti Ngurah Rai.
Menurut Giri Prasta proyek yang sudah direncanakan sejak awal tahun ini, memang sangat diperlukan sekali. Mengingat dilarang untuk membangun flyover dan sulit juga untuk menambah jalan. Pengamat pariwisata menanggapi pernyataan Bupati Badung yang membandingkan sejumlah masalah serius Pantai Kuta dengan Hawaii. Menurutnya perbandingan itu tidak tepat, Hawaii ditinggalkan wisatawan karena over capacity dan tidak ada daya tariknya lagi.
Di dalam proses menormalkan pariwisata Kuta Bali setelah pandemi, langkah penataan sudah tepat. Namun, revitalisasi Pantai Kuta harus sejalan dengan promotional campaign, lalu mengurai permasalahan Pantai Kuta dengan satu persatu. Mereka menambahkan kalau promosi itu harus dilakukan besar-besaran karena akan dibangun fasilitas dan kenyamanan dengan berbagai platform yang menjangkau banyak hal. “Bila perlu buat survei kepada para pengunjung Pantai Kuta. Apa yang mereka inginkan, apakah nuansa tradisional atau adanya beach club dan bar,” tegasnya seperti yang dilansir oleh sumber berita Detikcom. Over kapasitas seharusnya menjadi pacuan yang tepat sehingga masalah Kuta Bali tidak akan menjadi Hawaii.